Rabu, 25 Agustus 2010

Mengembangkan Wisata Relegius di Cirebon

Kabupaten Cirebon sudah menjadi buah bibir, terlebih jika dikaitkan dengan dunia pariwisata.Wisata  yang menonjol di Cirebon, adalah keberadaan Makam Sunan Gunungjati, yang terletak di sisi Jalur Tengah Pantura, tepatnya di Desa Astana Kecamatan Gunungjati.
Jangan heran jika setiap kali ada kunjungan study tour atau kegiatan kerohanian dari luar Cirebon,  termasuk dari kota-kota besar di pulau Jawa.
Ada ungkapan yang sudah berkembang,  tidak abdol , jika tidak mengunjungi lokasi makam salah satu Wali Songo ini. Soal kedatangannya pun sebenarnya berpulang pada keinginan hati masing-masing individu. Mulai dari sekedar ziarah, bahkan ada yang sengaja datang demi kepentingan tertentu.
Setiap harinya, ratusan pengunjung yang mendatangi makam ini, terlebih pada momen-momen tertentu, misalnya kliwonan (malam Jumat Kliwon-red).
BELUM OPTIMAL
Bicara tentang keberadaan wisata religius sebenarnya tidak sebatas Makam Sunan Gunungjati saja. Di Kabupaten Cirebon, berdasar data yang diperoleh terdapat 161 situs (makam) yang jika dioptimalkan secara baik, jelas akan memberikan dampak positif terhadap pengembangan daerah. Terutama jika dikaitkan dengan upaya peningkatan ekonomi warga.
Pertanyaan yang muncul kemudian sudah optimalkan upaya Pemkab Cirebon dalam hal ini Dinas Kebudayaan Pariwisata dan Olahraga (Disbudpora) dalam menggali potensi-potensi tersebut?
Naif memang kalau dikatakan tidak, toh upaya mengarah untuk membesarkan keberadaan makam  (situs-situs makam) tersebut sudah ada. Hanya saja implementasi yang mengarah sebuah keberhasilan itu, belumlah maksimal.
Kita memang tidak harus mencari siapa yang salah. Menyerahkan sepenuhnya beban tanggungjawab itu kepada Pemkab Cirebon, jelas tidak fair.
Karena pemkab Cirebon tidak hanya memikirkan keberadaan makam-makam yang memang memiliki nilai sejarah tinggi.
Artinya banyak hal yang harus dikerjakan oleh Pemkab Cirebon, dan semuanya selalu mengarah terhadap keterbatasan dana. Namun yang pasti, semua perlu dipikirkan, semua perlu dibesar-kembangkan dan semua itu selalu mengarah seberapa besar kemampuan dana yang ada.
Jika alokasi dana itu  memang besar, maka tak wajar jika kemudian banyak situs dengan nilai sejarah tinggi itu menjadi terabaikan. Sebaliknya, jika memang dana yang tersedia  itu sangat minim, maka kita pun harus memikirkan tentang planing yang lebih baik lagi, toh semuanya menjadi tanggungjawab kita bersama, masyarakat Cirebon. (darman/B)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates