Tak
jauh dari Kota Cirebon, kurang lebih 5 kilometer sebelah barat kota
Cirebon, kita bisa singgah di obyek wisata yang berbeda dari obyek-obyek
wisata lainnya di kota Cirebon. Obyek wisata ini merupakan perpaduan
antara nilai-nilai sejarah, kesejukan alam dan adanya komunitas monyet
dengan jumlah lumayan banyak di tempat tersebut. Dengan potensi
tersebut, tempat ini sangat layak untuk dijadikan salah satu tujuan
wisata di Cirebon.Tepatnya, lokasi ini berada di desa Babakan, Kecamatan
Sumber, Kabupaten Cirebon.
Plangon sendiri berasal dari kata tegal klangenan yang berarti sebuah
tempat atau bukit untuk menenangkan diri. Alkisah sekitar 4 abad yang
silam ada dua orang pangeran yang bernama Pangeran Panjunan dan Pangeran
Kajaksan mencari tempat yang tenang untuk memecahkan
permasalahan-permasalahan kehidupan yang sedang dihadapi. Akhirnya kedua
orang tersebut menemukan sebuah bukit yang terletak di sebelah barat
kota Cirebon yang dianggap sebagai tempat yang paling cocok untuk
melaksanakan maksud tersebut. Kedua orang pangeran yang konon masih
keturunan dari Bagdad naik ke atas bukit. Dalam perjalanan ke atas
bukit, kedua Pangeran itu dihadang oleh penjaga hutan Plangon yang
bernama Pangeran Arya Jumeneng. Kedua pangeran dari Bagdad itu dapat
memenangkan pertarungan, dan akhirnya ketika sampai di atas bukit kedua
Pangeran itu membuat tempat peristirahatan, yang akhirnya sampai
sekarang menjadi tempat makam kedua Pangeran tersebut.
Memang bagi para pengunjung yang baru berkunjung ke sini, kesan seram
memang terasa. Selain karena memang hutannya yang cukup lebat, juga
setiap gerak kita akan diikuti oleh monyet-monyet yang terkadang sedikit
jahil. Untuk itu, ketika naik bukit , pawang setempat setidaknya
menyertai kita untuk membantu jikalau monyet-monyet tersebut menjadi
nakal terhadap para pengunjung. Untuk sampai ke puncak bukit Plangon
kita harus menaiki banyak tangga , tidak ada yang tahu tentang jumlah
tangga tersebut, bahkan pawangnya sendiri. Tapi dengan berjalan santai
kita memerlukan waktu setengah jam untuk sampai puncak Plangon.
Memasuki tangga-tangga pertama, puluhan monyet sudah mulai mengikuti
kita, ada yang sekedar mengikuti dan ada yang meminta makanan. Untuk itu
para pengunjung disarankan membawa makanan, seperti kacang-kacangan,
yang akan kita berikan kepada monyet-monyet tersebut. Setelah beberapa
puluh tangga, pawang Plangon memberikan penjelasan,”bahwa di hutan ini
ada 6 kerajaan monyet, dimana masing-masing wilayah dipimpin oleh satu
jawara monyet”. Wilayah satu adalah wilayah paling bawah, yang dipimpin
oleh si Jefri, wilayah dua sampai enam adalah semakin ke atas sampai
puncak, yang dipimpin oleh masing-masing jawara monyet yaitu, Si Acing,
Si Bondol, Si Werman, Si Mandor dan Si Swing.
Tidak ada yang tahu pasti, darimana asal monyet tersebut, apakah
memang sudah ada dari dulunya, atau hewan peliharaan Pangeran Panjunan
dan Pangeran Kajaksan. Yang jelas, monyet tersebut berada di hutan
Plangon dan berkembang biak dengan baik. Tapi memang ada beberapa hal,
yang menurut penduduk sekitar adalah aneh. anehnya, ada hari-hari
tertentu dimana monyet-monyet tersebut tidak turun ke bawah, tapi terus
bersembunyi di pohon. hari-hari tersebut diantaranya jatuh pada tanggal
satu muharam. Pernah suatu kali dicoba, disepanjang tangga naik ke
puncak ditebarkan ratusan makanan pada tanggal satu Muharram, ternyata
tidak ada satupun monyet yang mengambil makanan tersebut. Bandingkan
dengan hari-hari lain, jangankan ditaruh ditanah, masih dipegang
ditangan saja, makanan yang dibawa bisa diserobot oleh monyet-monyet
tersebut.
Akhirnya setelah sampai di puncak bukit, kita bisa melihat makam
kedua Pangeran tersebut, dengan tanah sekitar makam yang datar. Bangunan
dengan luas kurang lebih 100 meter persegi tersebut, terlihat banyak
ditumbuhi lumut karena umurnya yang sudah sangat tua. Makam tersebut
terkunci, karena pada hari-hari tertentu saja dibuka. Ditengarai, tanah
datar sekitar makam adalah tempat berkumpulnya para murid kedua Pangeran
tersebut, dimana Sang Pangeran memberikan wejangan-wejangannya. Sembari
melepas lelah, kita bisa duduk-duduk didepan makam, sambil menikmati
kesejukan dan keasrian alam sekitar, sambil terus ditemani oleh
monyet-monyet yang terus menguntiti kita. (sumber)
0 komentar:
Posting Komentar